Kamis, 19 Juni 2014

Gengster TELOR.
Biodata:
1. Dodhi Angelia Rendra (Baju Kuning)
   Asal kediri yang hoby ribut dengan Dede kalau ngomongin Persik Vs Arema
2. T.Jonathan Sianturi (Kaca MAta Hitam)
   Asal Jambi yang terobsesi menjadi anggota dewan + presiden
3. Rahmad Aprianto (Itu yang ditengah)
   Asal Palembang yang gayanya sok cool dan suka tp-tp kalau didepan awek-wek.hahaha
4. Ali Ridwan (Pakai Tas Samping)
   Ini dia guru kami berempat, kalau dengan kata kerennya dia itu penasehat kami berempat. Ali seorang pendekar asal Papua kayak bang toyib artinya tidak pernah pulang ke kampung halaman alias seorang pengembara dan dia mempunyai hobi Menulis.
5. Dede Mirtha Adipratama
   Diantara kami yang punya hobi tidur dan punya badan paling gemuk.Kalau sudah tidur setengah mampus mau banguninnya yang asalnya juga dari Jambi.

NAMA           : TOBOK JONATHAN SIANTURI
NPM               : 25131021
TUGAS FARMAKOTERAPI

1.    Jurnal 1
Judul     : Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Infeksi Helicobacter pylori

Abstrak : Infeksi Helicobacter pylori berhubungan dengan terjadinya gastritis, ulkus
gastroduodenalis, dan karsinoma gaster. Eradikasi Helicobacter pylori telah menunjukkan adanya efek profilaksis terhadap karsinoma gaster. Terdapat 2 metode yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi Helicobacter pylori. Metode pertama berupa pemeriksaan non-invasif yang terdiri dari urea breath test (UBT), stool antigen test (SAT), dan uji serologi. Metode invasif adalah endoskopi untuk mendapatkan bahan biopsi. Berdasarkan beberapa pedoman internasional, terdapat 3 lini obat yang digunakan untuk eradikasi Helicobacter pylori. Lini pertama yaitu proton pump inhibitor (PPI) dengan 2 antibiotik yang dapat berupa amoksisilin, klaritromisin, atau metronidazole selama 7-14 hari, meskipun dengan regimen ini, tetap terlihat kegagalan pada 20% pasien. Anjuran lini kedua berupa quadruple therapy yang terdiri dari PPI, bismuth subsalisilat, tetrasiklin, dan metronidazol. Pada kasus yang tak teratasi dengan regimen lini kedua, pedoman tata laksana Eropa menganjurkan dilakukannya kultur kuman sebelum pemilihan obat. Kemudian obat lini ketiga dipilih berdasarkan kepekaan kuman terhadap antibiotik. Antibiotik alternatif untuk lini ketiga adalah kuinolon atau rifabutin.

Pendahuluan: Penemuan Helicobacter pylori pada tahun 1982, telah mengubah tata laksana beberapa penyakit gastroduodenalis. Hingga saat ini, H. pylori dikenal sebagai faktor pathogen pada gastritis kronis, ulkus peptikum, dan karsinoma gaster. Eradikasi H. pylori efektif untuk gastric mucosal associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma derajat ringan, ulkus peptikum dengan H. pylori yang positif serta gejala dyspepsia yang disebabkan olehnya. Eradikasi ini juga berpotensi mencegah terjadinya karsinoma gaster yang disebabkan olehinfeksi H. pylori.

Eradikasi H. pylori yang dianjurkan kini meliputi penggunaan proton pump inhibitor (PPI) berkombinasi dengan 2 jenis antibiotik. Hal ini yang dikenal dengan triple therapy. Akan tetapi,penyalahgunaan (misuse) antibiotic yang luas akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah resistensi H. pylori terhadap beberapa jenis antibiotik yang digunakan untuk eradikasi, sehingga diperlukan modalitas tata laksana yang lebih efektif. Sebelum memulai tata laksana, seyogianya dipastikan dahulu ada tidaknya infeksi H. pylori.

Kesimpulan: Infeksi Helicobacter pylori merupakan penyebab utama gastritis dan ulkus peptikum serta faktor risiko untuk terjadinya karsinoma gaster. Diagnosis dan tata laksana infeksi H. pylori menjadi penting dalam evaluasi pasien dengan keluhan dispepsia. Saat ini diagnosis infeksi H. pylori dapat menggunakan metode pemeriksaan yang invasive maupun noninvasif. Beberapa metode pemeriksaan noninvasif lebih sering digunakan karena bersifat nyaman. Tata laksana terkini untuk infeksi H. pylori terdiri dari 3 lini yang mengandung antibiotik yang efektif terhadap H. pylori. Konfirmasi ulang keberhasilan eradikasi H. pylori diperlukan mengingat kemungkinan kegagalan eradikasi yang dikaitkan dengan risiko terjadinya berbagai penyakit gastrointestinal pada pasien dengan infeksi H. pylori yang
persisten.

2.    Jurnal 2
Judul    : Pemanfaatan Uji Napas Urea C-14 Untuk Deteksi Infeksi Helicobacter Pylory    Pada Penderita Dyspepsia Dengan Gagal Ginjal Kronik

Abstrak : Prevalensi infeksi Helicobacter Pylori (HP) penyebab utama penyakit Dyspepsia / Ulkus Peptikum ditemukan cukup tinggi di Indonesia, sehingga upaya dini sangat penting. Dyspepsia sering ditemui pada penderita gagal ginjal kronik. Dalam usaha mengatasi infeksi Helicobacter pylori di masyarakat luas, diupayakan pengembangan deteksi infeksi HP dengan tehnik nuklir kedokteran yaitu dengan tehnik Urea Breath Test (UBT). Deteksi dan Eradikasi HP pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) akan memberikan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik. Uji nafas urea 14C pada 50 sampel penderita GGK menjalani dialisis dan tidak dialisis didapati tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik.Insidensi infeksi HP pada Penderita GGK dengan dialisa lebih tinggi yaitu 19,45% dibanding dengan penderita dyspepsia tidak menjalani dialisa. Disimpulkan pula bahwa dengan infeksi HP pada penderita GGK menjadi faktor komorbid. Uji nafas Urea (UBT) terlihat mudah sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori terutama pada penderita GGK yang memiliki kesulitan mobilitas.

Pendahuluan    : Infeksi Helicobacter Pylori (HP) diketahui sebagai penyebab utama penyakit Tukak Lambung, gastritis dan kanker lambung. Sejak penemuan kuman Helicobacter pylori (HP) oleh Marshall dan Warren pada tahun 1983, kemudian terbukti bahwa infeksi HP merupakan masalah global, termasuk di Indonesia. Pada tukak lambung, infeksi HP merupakan factor etiologi utama sedangkan untuk kanker lambung termasuk bahan karsinogen tipe 1, yang definitif.

Prevalensi infeksi Helicobacter pylori dinegara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju Prevalensi pada populasi dinegara maju sekitar 30 – 40%, sedangkan di negara berkembang mencapai 80 – 90 %. Di Indonesia, secara seroepidemiologi didapatkan prevalensi antara 36 – 46,1 % dengan usia termuda 5 bulan.

Hasil dan Pembahasan: Dari hasil uji klinis yang dilakukan pada 14 pasien GGK dengan dyspepsia yang tanpa melakukan dialisa yaitu 14 orang hasil positif UBT didapati pada 1 sampel (7,14%), dibandingkan dengan hasil biopsy juga terlihat hasil positif pada 1 sampel (7,14%). Pada kelompok kedua yang melakukan dialisa kronik yaitu 36 sampel, hasil UBT menunjukan positif sebanyak 7 sampel (19,45%) sedangkan hasil biopsy mencapai angka positif pada 4 sampel (11,11%).

Dalam penelitian ini terlihat bahwa uji nafas urea 14C mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih baik dari pada yang biopsi. Mengingat tehnik uji nafas urea 14C ini sangat mudah dan sederhana serta tidak invasif, maka pemeriksaan ini akan memberi manfaat bermakna bagi dunia kesehatan. Apabila kita kelompokan pasien – pasien berdasarkan kelompok umur akan terlihat distribusi penderita infeksi helicobacter lebih banyak pada kelompok usia diatas 55 tahun.

Uji nafas urea mempunyai tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori pada penderita Gagal Ginjal Kronik. Insidensi infeksi Helicobacter pylori pada Penderita GGK dengan dialisa lebih tinggi disbanding dengan mereka yang tidak adanya kelompok dialisa. Hal ini mencerminkan bahwa infeksi HP pada penderita GGK menjadi faktor komorbid .Uji nafas Urea (UBT) terlihat mudah, sederhana dengan sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi HP terutama pada penderita gagal ginjal kronik yang memiliki kesulitan mobilitas.

Kesimpulan      : Uji nafas urea mempunyai tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori pada penderita gagal ginjal kronik. Insidensi infeksi Helicobacter pylori pada Penderita gagal ginjal kronik dengan dialisa lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak adanya kelompok dialisa. Hal ini mencerminkan bahwa infeksi Helicobacter pylori pada penderita gagal ginjal kronik menjadi faktor komorbid. Uji nafas Urea terlihat mudah, sederhana dengan sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori terutama pada penderita gagal ginjal kronik yang memiliki kesulitan mobilitas.