Senin, 21 Oktober 2013

Tugas HIV/AIDS



Mendengar kata HIV membuat kita menjauh dari  suatu virus dengan 3 huruf tersebut. memang dalam beberapa dekade terakhir HIV telah menjadi momok menakutkan didunia medis dan masyarakat umum. Orang-orang akan menjauh jika ada orang diantara mereka yang “divonis” HIV/AIDS. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penambahan kasus HIV/AIDS tercepat di Asia. Di Asia Tenggara, laju penambahan kasus di Indonesia adalah yang tercepat. Pada buan Juni 2010, jumah pengidap AIDS sebanyak 21.770 orang tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah ini meningkat 1.206 kasus dibandingkan triwulan sebelumnya.

Proporisi cara penularan HIV/AIDS tertinggi di Indonesia adalah melalui hubungan heteroseksual (pria dan wanita), yaitu 49,3%. Cara penularan HIV/AIDS lain yang tinggi adalah melalui pengguna NAPZA jarum suntik sebesar 40,4%. Proporsi lain yang lebih rendah adalah LSL (lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki) dan penularan ibu-bayi pada masa perinatal; masing-masing 3,3% dan 2,7%.urutan cara penularan tersebut berbeda dengan pada dekade laluu saat jalur transmisi terpenting adalah penggunaan narkotika suntik. Kondisi ini menyebabkan pasangan dari ODHA (orang dengan  HIV/AIDS)ikut berisiko tertular HIV/AIDS; selain itu pasangan dari pengguna narkotika suntik dan pria LSL juga memiliki risiko sangat tinggi tertular HIV/AIDS. Pasangan dari ODHA, pengguna narkotika suntik, dan pria LSL juga merupakan kelompok risiko tinggi; mereka adalah kelompok inferior yang mendapatkan infeksi HIV/AIDS tanpa mengetahuinya, bukan akibat perbuatan yang berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS.

Kelihatannya dari data diatas anak-anak bisa terkena HIV/AIDS?
Memang itulah yang terjadi, setiap tahunnya hampir 400 ribu anak-anak tertular virus HIV, kebanyakan berada di negara berkembang atau sedang. Pada tahun 2010, 250.000 anak dibawah usia 15 tahun meninggal karena sebab-sebab terkait HIV. Dalam berita VOA yang berjudul “PBB Luncurkan Kampanye untuk Akhiri Penularan HIV pada Anak” menyebutkan bahwa para pejabat UNAIDS menjabarkan sekarang ini 3,4 juta anak dibawah usia 15 tahun mengidap HIV. Selain itu,sekitar 42.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait HIV dan kehamilan. Kalau sudah begini bagaimana nasib dari anak yang dikandung ibu penderita HIV/AIDS jika operasi sesar belum menjangkau semua lapisan masyarakat.

TAHAPAN INFEKSI HIV
Masa inkubasi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa literatur dikatakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5 tahun, sedangkan pada penderita homoseksual 2-5 tahun, pada anak-anak rata-rata 21 bulan dan pada orang dewasa 60 bulan.
            Ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS :
1.      Periode jendela
-          HIV masuk kedalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
-          Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
-          Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
-          Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan.
2.      HIV positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
-          HIV berkembang biak dalam tubuh
-          Tidak ada tanda-tanda khusus penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
-          Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
-          Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek).
3.      HIV Positif (muncul gejala)
-          Sistem kekebalan tubuh semakin turun
-          Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
-          Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya.
4.      AIDS
-          Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
-          berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJT0MW37jlPJxuvSIHTDcLb98TWvXt0CilPV1Ga7Rnytv9SKS_vyW7RKelfnGc7lWFdEfNV078NMVXTO4DTm-d6-_flwuy7BWcwmRodTKFOS5HEQzuFmJVlfYf3u7ausYYszLSPo-HLLtJ/s320/2UnmYrJXqvZXbwMyHq_n-w.jpg

Cara Penularan HIV _ Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang lebih popular dengan singkatan AIDS adalah sebuah penyakit dari sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV

Virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan pada tubuh manusia virus menyebabkan semakin melemahnya sistem kekebalan tubuh, sebab itulah orang yang terkena virus ini akan menjadi sangat rentan terhadap penyakit ringan seperti demam dan flu selain itu orang yang terkena virus ini juga mudah mengidap tumor. sekarang ini sudah ada teknologi pengobatan yang dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun hal ini hanya bisa memperlambat bukan menyembuhkan

Penularan HIV
HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
  • Penularan Secara Seksual: HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.
  • Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian: Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal Precautions).
  • Penularan dari Ibu ke Anak: HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula risikonya.). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.
  • Penularan melalui transfusi darah: Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian, penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor yang cocok.
·         Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu atau digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang digunakan secara disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang atau dicuci dan disterilkan secara seksama. Segala jenis pelukaan dengan menggunakan benda yang tidak disterilkan, seperti silet atau pisau, dapat menularkan HIV. Memakai pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan, kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

Penyebaran HIV

·                     Lewat cairan darah:

Melalui transfusi darah oleh darah yg sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar dengan virus HIV, yang dipakai secara bergantian tanpa disterilkan terlebih dahulu, hal ini sering terjadi pada kalangan pengguna Narkotika Suntikan. Hiv juga dapat menyebar melalui pemakaian jarum suntik pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, seperti alat tindik, tato, dan alat facial wajah yang telah digunakan pada orang yang telah terinveksi virus hiv tanpa di sterilkan.
Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.  Karena HIV - dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).




·                     Lewat cairan sperma dan cairan vagina :

Virus HIV juga bisa menular Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) atau tercampurnya cairan sperma dengan darah (untuk hubungan seks lewat anus).
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran.
 


·                     Lewat kelahiran oleh ibu yang terinfeksi HIV :
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu yang terkena virus HIV, dan tentunya melahirkan lewat vagina, kemudian ibu tersebut menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi ini sebesar 35%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu yang positif terinfeksi HIV ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. Menurut Dr. Jean R. Anderson, HIV juga ditemukan dalam ASI dan penelitian dalam tabung laboratorium menunjukkan HIV mampu untuk menginfeksi sel epitel normal payudara manusia, HIV dapat dideteksi pada lebih dari 50% contoh ASI yang diteliti.

 
Cara-cara tersebut dapat menularkan AIDS karena HIV dalam jumlah yang cukup dan potensi untuk menginfeksi orang lain dapat ditemukan pada darah, air mani dan cairan vagina pengidap.
Virus HIV tidak ditularkan dengan cara berikut:
1. Berpelukan sosial, berjabat tangan
2. Pemakaian WC, wastafel atau kamar mandi bersama
3. Di kolam renang
4. Gigitan nyamuk atau serangga lain
5. Membuang ingus, batuk atau meludah
6. Pemakaian piring, alat makan atau makan bersama-sama
Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air mata, keringat, air ludah, air kencing dan melalui perantara nyamuk.
Pencegahan penularan
1. Menghindari hubungan seks di luar nikah
2. Pemakaian kondom pada mereka ang mempunyai pasangan HIV positif
3. Menggunakan jarum suntik dan alat tusuk lainnya yang terjamin sterilitasnya
4. Skrinning pada semua kantong donor darah.
5. Wanita dengan HIV positif tidak hamil.
6. Kondom untuk kelompok resiko tinggi.
Saat ini pemerintah melaksanakan test pada setiap cadangan darah untuk mengetahui ada/ tidaknya virus HIV. Bagi orang yang berperilaku resiko tinggi untuk terinfeksi HIV, janganlah sekali-kali menyumbangkan darah. Dan bagi penyumbang darah, tidak perl khawatir akan terinfeksi Karena alat-alat yang digunakan sudah disucihamakan atau hanya sekali pakai.
Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bias menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun) sehingga mencapai masa yang disebut fullblown AIDS. Adanya HIV dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukkan gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kalinya dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani test darah, maka dalam test pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan karena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 36 bulan untuk membentuk antibody yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut window period (periode jendela).
Dalam masa ini, bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walaupun belum bisa dideteksi melalui test darah, ia sudah bisa menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi. Secara umum tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
- Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
- Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa: batuk berkepanjangan (lebih dari 1 bulan), kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh,seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Pencegahan HIV dan AIDS
            Cara pencegahan penularan HIV yang terbaik adalah :
a.       Tidak melakukan perilaku-perilaku beresiko tinggi
b.      Menjaga agar cairan tubuh yang tercemar HIV jangan sampai masuk kedalam tubuh
c.       Menjaga kontak langsung antara selaput lendir atau kulit dengan cairan tubuh yang tercemar HIV.
Rumus dalam pencegan HIV & AIDS dikenal dengan istilah “Pencegahan Pola ABCDE”.

Pencegahan Pola A
            ‘A’ merupakan akronim dari Abstinance, yaitu puasa seks. Artinya seseorang tidak melakukan hubungan seksual sebelum diluar nikah. Secara teknik merupakan cara paling efektif untuk menghindari terpapar HIV. Jika tidak mampu untuk melakukan puasa seks, maka pilihlah kegiatan seksual yang lebih aman seperti berciuman, masturbasi, dan berfantasi atau kegiatan seks lain yang dapat menghindari melakukan penetrasi vaginal maupun anal.
Pencegahan Pola B
            ‘B’ merupakan akronim dari Be faithful, yaitu saling setia dengan satu pasangan. Artinya hubungan seksual dilakukan hanya dengan satu pasangan tetap (suami/istri), atau dengan kata lain melakukan prinsip monogami. Jika melakukan prisip monogami juga harus dengan orang/pasangan yang setia sehingga tidak ada kemungkinan dapat terinfeksi HIV dari pasangannya.
Pencegahan Pola C
            ‘C’ merupakan akronim dari Condom. Penggunaan kondom dapat menurunkan resiko penularan HIV, yang perlu diperhatikan tentang kondom yaitu :
a.       Jangan gunakan kondom jika:
-          Kemasannya rusak
-          Warnanya pudar
-          Kondom kering atau lengket
-          Kualitasnya diragukan
b.      Simpan kondom ditempat yang sejuk dan kering, hindari dari terkena sinar matahari langsung
c.       Jangan menyimpan kondom disaku belakang, karena kondom akan menjadi rusak karena terjepit.
d.      Jangan menyobek kemasan dengan kuku
e.       Jangan menggunakan kondom sekaligus rangkap dua, karena gesekan diantaranya akan menyebabkan kodom rusak
f.       Jangan menggunakan pelicin berbahan dasar minyak (seperti handbody & baby oil), karena dapat merusak kondom.
Penggunaan kondom yang benar :
1.      Kenakan kondom setelah penis ereksi
2.      Perhatikan tanggal kadaluwarsa kondom, buka hati-hati kondom. Jangan gunakan kuku untuk menyobek kemasan karena dapat menyebabkan kondom sobek.
3.      Tempatkan kepala kondom dikepala penis
4.      Sambil menekan ujung kondom untuk mengeluarkan udara, dorong kebawah menyarungi seluruh penis. Kondom dapat pecah atau bocor jika terdapat udara pada ujung kondom. Jika diinginkan dapat menambahkan 1-2 tetes pelicin.
5.      Bila selama senggama ternyata kondom pecah/bocor, segeralah ganti dengan kondom baru.
6.      Setelah selesai hubungan seks (ejakulasi), segera tarik penis yang masih ereksi sambil menahan pangkal kondom agar cairan tidak tumpah kemudian lepaskan kondom dari penis
7.      Ikat dan buanglah ditempat sampah. Jangan dibuang ditoilet.
 

Pencegahan Pola D
            ‘D’ merupakan akronim dari Don’t inject, yaitu tidak menyalah gunakan narkoba dengan cara suntik. Penyalahgunaan narkoba juga menjadi salah satu jalan yang potensial untuk menularkan HIV, karena ada kebiasaan buruk diantara para pengguna narkoba. Kebiasaan buruk yang dimaksud adalah menggunakan satu jarum suntik secara bersama-sama dikalangan pecandu narkoba.
            Tujuan utama pencegahan dengan pola ‘D’ adalah untuk menjamin bahwa setiap kali seorang Injecting Drugs User (IDU) menyuntikkan narkoba, tindakan ini dilakukan dengan peralatan yang suci hama/steril, terutama jarum suntik. Jika hal ini tercapai, maka diharapkan penyebaran HIV dapat dikendalikan atau dicegah.
            Pencegahan dengan pola D dilakukan dengan strategi :
1.      Jika tidak memiliki peralatan suntik yang baru, gunakan cara yang lain seperti menghirup atau dibakar
2.      Jika cara dihirup atau dibakar juga tidak mungkin dilakukan maka sucihamakan peralatan suntik milik sendiri yang telah dipakai sebelum digunakan kembali
3.      Cara ke-2 tidak selalu bias membunuh semua HIV pada perlengkapan suntik, maka lakukan cara ke-2 jika alat suntik steril sulit didapat.

Pencegahan Pola E
            ‘E’ merupakn akronim dari Education, yang artinya pendidikan mengenai HIV dan AIDS. Pencegahan dengan pola E dilakukan dengan mendapatkan sebanyak-banyaknya mengenai apa HIV dan AIDS, bagaimana penularannya dan pencegahannya. Informasi didapat dari berbagai sumber yang kompeten dalam hal penanggulan penyebaran bahaya HIV dan AIDS. Dengan semakin banyaknya informasi yang didapat diharapkan terbentuk masyarakat yang waspada terhadap HIV dengan merubah pola hidup terutama bagi para pengguna narkoba suntikan (PENASUN) dan pelaku seks berisiko tinggi. Informasi mengenai HIV dan AIDS dapat diberikan melalui :
1.      Penyuluhan
2.      Seminar
3.      Pelatihan
4.      Pembelajaran jarak jauh (e-learning).

Upaya Pencegahan yang efektif  (melalui transmisi seksual, kondom, pengobatan IMS, alat suntik steril, pencegahan Ibu keanak dan kewaspadaan universal)
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
  • berpantang seks
  • hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
  • seks non-penetratif
  • penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
  • Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
  • Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.
Ke efektifan kondom dalam mencegah HIV
Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki.
Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.
 Pengguna narkoba suntik (IDU) atau dengan alat suntik steril
Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
  • Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
  • Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
  • Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
  • Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
  • Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.

Mencegah Penularan Lewat. Alat-Alat Yang Tercemar Bila hendak menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benar-benar steril.

Cara mensterilkan alat-alat tersebut dapat dengan mencucinya dengan benar. Anda dapat memakai ethanol 70% atau pun pemutih. Caranya, sedot ethanol dengan jarum suntik tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal ini dilakukan dua kali. Kemudian, lakukan dengan cara yang sama dengan menggunakan air bersih. Jangan sekali-kali menggunakan jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain.

Pencegahan penularan dari ibu ke anak
Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.


Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
  • Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
  • Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
  • Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.

Kewaspadaan Universal
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan Universal meliputi:
  • Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
  • Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
  • Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
  • Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.
Selain itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya
Perilaku yang dapat meningkatkan resiko penularan HIV/AIDS
1.      Seks tanpa kondom
Meskipun pemakaian kondom tidak berarti menjamin Anda tidak terkena PMS, akan tetapi penggunaan kondom adalah salah satu cara terbaik menghindari penularan PMS saat Anda melakukan hubungan seks. Pemakaian kondom selama berhubungan mempunyai efek mengurangi risiko transmisi. Jadikanlah kondom sebuah kebiasaan baik yang rutin dilakukan untuk kebaikan Anda dan pasangan.
2.      Berganti-ganti pasangan
Yah, hal ini sudah sangat jelas. Semakin banyak pasangan yang anda miliki tentu saja risiko penularan PMS makin tinggi. Ketahuilah, para pelaku yang berganti-ganti pasangan mempunyai kecenderungan yang mungkin tak disadari oleh mereka bahwa pasangan yang biasa mereka pilih adalah yang juga suka berganti-ganti.

3.      Mengenal seks sejak dini tanpa edukasi yang baik
Tahukah Anda, para remaja maupun dewasa muda lebih rentan terkena PMS dibandingkan yang sudah cukup umur ? Hal ini karena secara biologis para perempuan muda cenderung mempunyai badan yang cenderung lebih kecil sehingga mudah terjadi robekan sewaktu melakukan intercourse. Serviks mereka pun belum berkembang dengan sempurna sehingga lebih rentan terkena chlamydia, gonorea dan PMS lainnya. Perlu diingat, para usia muda jarang menggunakan kondom dan lebih cenderung mengambil risiko dalam hal seksual, apalagi kalau mereka dalam pengaruh alkohol.

4.      Pemakaian alkohol berlebihan
Penggunaan alkohol yang cukup sering dan jumlah berlebihan bisa menyebabkan pikiran Anda tidak jernih untuk mengambil keputusan, termasuk perilaku seks tidak aman. Apalagi kalau Anda sampai kehilangan kesadaran, bisa-bisa Anda terbangun di pagi hari dengan perasaan bingung entah di mana dan bersama pasangan yang tak dikenal.

5.      Penggunaan obat-obat terlarang
Siapapun tahu penggunaan obat terlarang menyebabkan Anda tidak stabil dalam mengambil keputusan termasuk mengenai hubungan seksual. Perlu diingat pula, penggunaan jarum suntik yang berganti-gantian meningkatkan risiko untuk terkena HIV dan Hepatitis! Anda tentu tidak mau kan kalau suatu hari Anda menyesal karena kesalahan ceroboh yang seharusnya bisa dihindari?

6.      Ngeseks karena butuh uang untuk gaya hidup
Tuntutan gaya hidup yang serba canggih dan mahal tentunya membutuhkan uang banyak. Sayang sekali, banyak remaja dan dewasa muda melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka termasuk melakukan seks demi gaya hidup yang sebenarnya jauh di atas kemampuannya Risiko untuk penularan PMS sangatlah tinggi karena biasanya yang iseng melakukan seks dengan para remaja dan dewasa muda ini adalah orang yang suka sekali berganti-ganti pasangan.

7.      Minum pil KB untuk Cegah PMS
Kekhawatiran terbesar para pelaku seksual adalah kehamilan. Oleh sebab itu, mereka sering meminum pil KB sebagai upaya pencegahan. Banyak yang mengira pil KB juga melindungi dari PMS, padahal pendapat itu salah sekali dan patut diluruskan. Memang benar pil KB bisa melindungi Anda dari risiko kehamilan, akan tetapi tidak dapat melindungi Anda dari PMS.